Minggu, 12 Februari 2012

Cerpen: Inikah Jatuh Cinta?

"Aku Membencimu!" Ucapku ketika seorang pria lagi-lagi mengusikku yang sedang asik membaca sebuah buku di dalam kelas yang sepi.

"Tapi aku tidak akan pernah membencimu." Katanya sambil tersenyum yang membuat matanya semakin terlihat sipit. Ah tidak, bahkan lebih terlihat hanya tinggal segaris.
"Pergi kau!! jangan menggangguku lagi. Aku sedang tidak ingin menanggapi ulahmu hari ini." Ucapku lagi sambil pergi meninggalkan kelas.
Kim Jinyoung mensejajarkan langkahnya denganku sambil terus memarkan sederatan giginya yang rapi. "Tadi kau suruh aku yang pergi, kenapa malah kau yang pergi dari kelas?"
Aku diam, pura-pura tak mendengar ucapannya. tidak mungkin benar-benar tak mendengarnya karena dia bicara tepat di telingaku dengan sangat lembut, aku semakin mempercepat langkahku.
"Heeeii Lee Soo Ri!! tunggu aku, jangan menjauh dariku." Teriaknya yang sudah jauh tertinggal di belakangku. Aku masuk kedalam toilet wanita. "Dia tidak akan mengikutiku sampai kesini" Ucapku sambil mengatur kembali nafasku yang terengah karna berlari untuk menghindarinya
                                                                      

@@@


Dua minggu setelah hari dimana aku menghindarinya, dia benar-benar tidak pernah menggangguku lagi. Sangat menyenangkan rasanya, tidak ada lagi yang mengganggu hari-hariku dua minggu ini, tapi rasa apa ini? kenapa aku merasa seperti ada yang hilang? Aku memegang dadaku yang terasa sesak.
Kim Jinyoung duduk di belakangku, biasanya dia akan menarik-narik rambutku yang panjang ini. Ya, sekarang, dua minggu terakhir ini dia tidak lagi melakukannya, mungkin dia terlalu serius memperhatikan penjelasan dosen.
Tanpa sadar aku merindukannya. merindukan setiap kejahilannya padaku, apa sebenarnya yang terjadi dengan diriku ini? mungkingkah?? dengan cepat aku menggelengkan kepalaku. Sekarang ini aku sedang duduk di balkon sekolah. Sendiri. Saat istirahat aku tidak banyak melakukan apapun. Kalau tidak ke perpustakaan ya ke atas balkon sekolah. Ya, aku suka tempat-tempat yang tenang.
Seseorang menyodorkan secangkir kopi dari arah belakangku, aku menoleh kearah pemilik tangan bersih itu. dia tersenyum padaku. Senyum yang ku rasa berbeda dari ketika dia sedang puas menjahiliku.

Aku menerima secangkir kopi yang di bawakan Jinyoung. "Terimakasih"
"Kau merindukanku Soo Ri?" Tanyanya yang sukses membuatku terbatuk karena tersedak kopi yang sedang kuminum itu.

Kini mungkin terlihat jelas wajahku yang memerah. Dia tertawa, tertawa sangat puas setelah melihat ekspresiku ini. Aku tersenyum. Hei Lee Soo Ri apa yang kau lakukan?? mengapa kau tersenyum melihat Jinyoung mentertawaimu?? Seharusnya kau marah padanya seperti biasa!

Suara tawanya tidak lagi terdengar, aku menoleh kearahnya, iya duduk tepat di sebelahku. Aku terlonjak saat mendapati wajahnya yang sangat dekat dengan wajahnya. Hatiku berdebar tak karuan, aku tak mampu bergerak ataupun bersuara. Matanya bertemu dengan mataku. Sesaat kemudian aku mengerjapkan mataku dan memalingkan wajahku darinya, sedangkan dia.... dia tetap menatapku.

Akhirnya bel masuk berbunyi, aku bangkit dari temapt kami duduk dan berjalan meninggalkannya. Tiba-tiba sesuatu mengenai kepalaku dari belakang. Aku menoleh cepat kearah Jinyoung, menatapnya marah.

"Kau yang melemparnya hah?!" Tanyaku sambil memungut cangkir kopi yang tadi ia lemparkan ke kepalaku dan melemparkannya kembali yang dengan sigap ia tangkap tanpa sedikitpun mengenai kulit kepalanya. 

Dia terus tertawa sambil meletakkan kaki kirinya diatas kakinya yang satu lagi, kedua tangannya dilebarkan di senderan bangku panjang itu. Aku kesal, kesal melihatnya terus-terusan mentertawai hal yang menurutku tak lucu.

"Kenapa kau tidak menjawab pertanyaanku tadi? apa perlu aku mengulanginya?" Jinyoung berhenti tertawa dan meminta jawaban atas pertanyaannya tadi sebeum bel masuk berbunyi sambil menurunkan kaki kirinya dan berdiri, Dengan cepat aku menjauh darinya. Aku baru saja mau berbalik, sebelum dia menarik lenganku.

"Lepaskan tanganku!! Apa kau tidak mendengar suara bel berbunyi? Aku harus masuk kelas!" Teriakku sambil berusaha melepaskan tanganku dari genggamannya yang kuat.

"Jawab dulu pertanyaanku, apa kau merindukanku selama dua minggu terakhir ini?" Katanya mengulang pertanyaannya.

Kini gantian aku yang tertawa keras. Dia melapaskan tanganku ketika melihatku tertawa. "Mana mungkin aku merindukan orang sepertimu. Aku bahkan sangat senang jika kau tidak lagi menggangguku. Kau mengerti?! jadi jangan pernah mengganggu atupun menemuiku lagi!!" Aku berlari meninggalkannya yang bengong mendengar ucapanku barusan.


@@@


Satu bulan setelah aku memintanya tidak lagi mengganggu dan menemuiku, aku benar-benar tidak pernah melihatnya lagi di sekolah maupun kelas. kemana dia? rasa khawatir mulai menajalari diriku. sebenarnya ada apa dengan orang itu? apa terjadi sesuatu padanya? Aku sudah tidak lagi konsentrasi dengan pelajaran yang di berikan dosen sejak seminggu terakhir ini. Yang ada dipikiranku saat ini hanyalah Kim Jinyoung. Kenapa anak ini benar-benar senang menggangguku? bahkan disaat dia tidak ada di dekatku.

Aku melemparkan tasku kesembarang arah begitu aku sampai di kamarku yang sangat luas ini. Ku rebahkan tubuhku kasar dan menghela nafas.

"Aku tak mengerti rasa apa ini, rasa yang kurasakan ketika wajah kami bertemu, dan ketika dia benar-benar tidak menemuiku bahkan sama sekali tak terlihat." Ucapku pada diriku sendiri sambil meletakkan telapak tangnku didadaku.

Sudahku coba menghubunginya, tapi aku terlalu gengsi sehingga sebelum tersambung padanya aku sudah kembali menutup telepon. Aku bolak-balik bingung sambil menggenggam erat ponselku yang ku getok-getokkan ke daguku.

"Bagaimana ini? apa yang harus kulakukan?? aku tak mungkin meneleponnya duluan..." Ucapku pelan dan terduduk lemas di pinggir ranjang.

Tiba-tiba saja Ponselku berbunyi dengan cepat aku tekan tombol jawab. "Yaaa!!! kemana saja kau satu bulan ini? kenapa sama sekali tidak memberiku kabar? apa kau benar-benar tidak mau menemuiku lagi? payah!! baru saja aku memintamu seperti itu, kau sudah menghilang." Ucapku tak berhenti, tanpa membiarkan orang yang meneleponku menjawab.

"Jadi benar ini nona Lee Soo Ri?" Tanya suar berat di seberang sana. Aku melihat sebentar ke arah layar ponselku. Mr.Jahil. Tapi kenapa suara seorang wanita paruh baya?

"Ya benar, saya sendiri. Ini dengan siapa?" Tanyaku akhirnya.

"Bisakah kau datang sekarang juga ke Rumah Sakit Mitra? Aku akan menjelaskannya nanti ketika kau tiba." Tanyanya tidak menjawab pertanyaanku. Apa tadi katanya? rumah sakit? siapa yang sakit? apa Jinyoung?

"Baiklah. Aku akan segera berangkat." Ku matikan teleponnya dan mengganti pakaianku, denga cepat ku ambil kunci mobil dan tasku.



@@@



Air mataku menetes sangat deras setelah mendengar penuturan dari wanita yang meneleponku tadi yang ternyata adalah ibu Jinyoung. Aku menatap tubuh yang terbaring lemah ini. Tidak ada lagi senyum dan tawanya ketika ia berhasil menjahiliku. Ibu Jinyoung pamit keluar untuk membelikanku minuman. 

Jinyoung membuka matanya perlahan. Aku yang sejak tadi menggenggam erat jemarinya yang terasa dingin dengan cepat menariknya, tapi Jinyoung terlalu cepat menahan tanganku. Dia tersenyum tipis. Sangat lembut senyumnya. Matanya kembali terpejam, tapi aku tau dia tidak sedang tertidur.

"Istirahtlah." Gumamku hampir tak terdengar.

"Aku ingin kau tetap berada disisiku seperti sekarang ini. Maafkan aku tidak bisa mengganggumu lagi dengan keadaan ku yang seperti sekarang ini." Ucapnya bercanda. Masih saja dia berkeinginan untuk terus menggangguku.

"Yaaa!! Kim Jinyoung!! Aku sangat senang kau tidak pernah mengganggu ku lagi! kau tau?!" Sahutku bersikap seolah aku benar-benar tidak pernah merindukan kejahilannya.

"Jadi kau benar-benar tidak merindukanku?" Tanyanya dengan nada kecewa, dan mata yang masih terpejam. Dia meletakkan telapak tanganku di atas dadanya.

"Siapa yang bilang aku tidak merindukanmu?" Ucapku pelan bahkan sangaaaaaat pelan, aku yakin Jinyoungpun tidak akan mendengarnya.

Dia kembali membuka matanya. membuatku terkejut. Apa dia mendengar apa yang aku ucapkan barusan? Aku mengerjapngerjapkan mataku.

"Benarkah? Benar kau merindukanku? Bisakah kau mengulangi ucapanmu tadi? terlalu pelan suaramu, aku tidak dapat mendengarnya dengan jelas." Katanya yang ternyata mendengar ucapanku itu.

"Tidak, aku tidak mengatakan apapun." Sanggah ku cepat.

"Ku mohon jangan bebohong lagi. Katakan padaku kalau kau juga sangat merindukanku, seperti aku yang sangat, sangat, sangat merindukan wajahmu yang sedang cemberut itu." Rengeknya padaku.

Aku mengerurcutkan bibirku ketika mendengar dia merindukan wajah cemberutku. Dia tersenyum lagi, hatiku benar-benar bahagia setiap kali melihatnya tersenyum.


@@@


Kim Jinyoung seorang laki-laki yang sangat senang menggangguku sampai aku menjerit padanyapun dia tidak akan berhenti menggangguku. Semakin lama aku sudah terbiasa dengan kejahilan-kejahilannya. Ketika dua minggu dia berhenti menggangguku, jujur aku sangat menrindukannya, aku rindu ketawa dan senyumnya. 

Bahkan satu bulan dia tidak menampakkan dirinya di sekolah maupun kelas, aku sangat mengkhawatirkannya, aku selalu memikirkannya sampai aku tidak dapat menerima pelajaran dengan baik.

Ya, tepat sabtu siang seorang wanita paruh baya yang ternyata ibu kandung Kim Jinyoung meneleponku dan memberitahuku tentang penyakit kanker otak yang diderita putranya. Km Jinyoung.

Saat mendengar kabar tu, aku benar-benar tidak dapat bernafas. Aku merasa berada di ruangan yang sangat sempit, yang untuk bernafas saja membuat seluruh tubuhku sakit. Bagaiman mungkin ini terjadi pada Kim Jinyoung yang selalu terlihat bahagia ketika menjahiliku? Apa menjahiliku untuk menutupi rasa sakitnya? Entahlah. Dan ku rasa, aku mencintainya. Aku tidak mau kehilangan dirinya. Jadi inikah rasanya jatuh cinta?


@@@


Aku membawanya ke taman rumah sakit. Dia duduk di atas kursi rodanya. Sebelah tanganku berada di atas bahunya. Ia mengusap-usap tanganku dengan telapak tangannya yang dingin.

"Kau tahu Soo Ri? Selama satu bulan aku tidak datang ke sekolah, membuat keadaanku semakin memburuk." Ucapnya membuka pembicaraan.

"Lalu kenpa kau tidak datang ke sekolah?" Tanyaku penasaran sambil terus menatapnya.

"Karena kau.. Karena kau memintaku untuk tidak lagi menemuinu. Maka ku putuskan untuk benar-benar tidak menemuimu lagi, sekaligus berlatih."

"Berlatih? Berlatih untuk apa?" Tanyaku lagi.

"Hidupku sudah tak lama lagi, jika sampai akhit hayat ku masih tidak membiasakan diri untuk tidak bersamamu, maka pasti rasanya akan sangat menyakitkan meninggalkan orang yang sangat ku cintai."

Aku terdiam. Bibirku tak mampu berucap sepatah katapun mendengar penuturannya. perlahan air mataku menetes. menetes. menetes dan terus menetus tak henti.

"Apa aku mengucapkan sesuatu yang menyakitimu? kenapa? kenapa kau menangis?" Tanyanya panik sambil mengusap lembut wajahku yang sudah basah karena air mataku.Aku menggeleng sambil mengambil tangannya dari wajahku, menggenggamnya erat.

"Jangan pernah bicara seperti itu lagi dihadapanku. Kau mengerti??" Kataku sambil terus terisak.

"Kenapa? Apa kau takut?" 

"Pokonya jangan pernah membahas masalah kematian dihadapanku. Aku tidak suka!"

"Tapi memang seperti itu kenyataannya. Aku juga tidak menyukai kematian. Tapi itu yang akan terjadi pada setiap manusia." Jelasnya dengan nada rendah, matanya menerawang.

"Aku mencintaimu" Ucapku memberanikan diriku sebelum terlambat. Sebelum terlambat? jadi aku juga menganggap kematiannya yang tidak lama lagi??

"Apa? Aku tidak mendengarnya. Ucapkan sekali lagi." Sahutnya yang kembali menggodaku.

"Aku mencintaimu Kim Jinyoung!" Ucapku, kali ini dengan suara yang lebih keras sehingga membuat beberapa orang yang lewat dekat kami menoleh ke arahku.

Dia tertawa. Ya tertawa seperti biasa. Aku merengut kesal. Dia pikir aku ini main-main? Aku sangat seriuas dengan yang kurasakan ini. 

"Kemarilah. Mendekat kearahku Lee Soo Ri." Pintanya padaku setelah ia puas mentertawaiku.

Aku menurutinya untuk mendekatkan wajahku dengan wajahnya.Wajahnya juga semakin mendekat dengan wajahku. Aku memejamkan mataku, tapi hembusan nafasnya yang hangat kurasakan di telingaku.

"Aku juga. Aku juga sangat sangat sangat mencintaimu Lee Soo Ri. Aku sengaja menjahilimu agar bisa membuatmu juga mencintaiku." Bisiknya lembut kemudian tertawa lagi.

Ku buka mataku cepat dan tersenyum karena melihat tawa dan ucapannya barusan. "Kenapa harus dengan terus menjahiliku?" Aku mengerucutkan bibirku.

"Lalu kau mau dengan cara apa? Menggombalimu seperti pria-pria yang lain? aku tau itu tak akan berhasil meraih cintamu." Jawabnya masih dengan sisa tawanya.

"Yaaa!! kau ini!!" Aku memukul perutnya. Dia meringis kesakitan. Aku panik.

"Ada apa? Apa aku memukulmu terlalu keras??" Tanyaku sambil berjongkok di depan kursi rodanya.

Tiba-tiba dia memelukku hangat. "Biarkan seperti ini sebentar saja ya..." Ucapnya melemah.

"Baiklah, lakukan apa yang membuatmu nyaman." Jawabku.

"Lee Soo Ri. Aku sangat mencintaimu." Katanya lagi, kemudian tak ada suara lagi.

Teknik dan Manajemen Lingkungan

  Saya kuliah di Diploma Institut Pertanian Bogor. Saya adalah mahasiswi Program Keahlian Teknik dan Manajemen lingkungan. TEknik dan Manajemen lingkungan biasa disebut TML atau LNK. Di LNK terdapat dua kelas besar yaitu kelas A dan kelas B. Masing-masing kelas di bagi menjadi dua kelas praktikum. A1 dan A2, kemudian B1 dan B2.
  Di LNK kita akan banyak belajar mengenai lingkungan yang ada di sekitar kita. Semua mata kuliah yang ada pada setiap semester bertujuan untuk mengetahui lebih dalam tentang lingkungan.
  Pada semester dua ini ada delapan mata kuliah, diantaranya adalah Instrumentasi Lingkungan, Ilmu Tanah, Kimia Dasar dan Lingkungan, Bahasa Inggris, Aplikasi Komputer, Mikrobiologi Dasar dan Lingkungan, PPKN, Dinamika Sosial. Semua mata kuliah ini sangat berhubungan dengan lingkungan.

Biodata

Nama saya Ghoziyah Ghina Azhar, saya lahir di Jakarta pada hari KAmis tanggal !7 Juni 1993. Bulan Juni nanti usia saya 19 tahun. Saya tinggal ndi Bekasi, Griya Asri 1 Blok C9 no.20 RT/RW 004/030. Desa Sumber Jaya, Tambun Selatan. Saya tinggal bersama dengan abi, ummi, dua adik perempuan dan dua adik laki-laki saya. Saya anak pertama dari lima bersaudara. Abi saya bernama Hari Suwardi, beliau bekerja sebagai karyawan swasta di Kelapa Gading di daerah Jakarta, sedangkan ummi saya seorang ibu rumah tangga yang mengisi waktunya untuk membuat berbagai macam kue kering ataupun basah kemudian menjualnya.Adik pertama laki-laki saya bernama Syauqi Dhia Ulhaq, dia duduk di bangku SMK kelas 11, kemudian di bawahnya ada adik perempuan saya bernama Ulya Dinillah, dia duduk di bangku SMK Keparawatan Zam-zam Kurnia, kemudian adik saya yang ketiga namanya Muhammad Jundi Abdurahman, dia duduk di bangku SMP pondok pesantren. dan yang terakhir Annisa Zalfa Zafira, dia masih TK. Hobi saya menulis sebuah karangan, tapi tidak pernah menyelesaikannya, menonton film, membaca novel. cita-cita saya sewaktu kecil ingin menjadi seorang guru Bahasa Indonesia, tapi sekarang cit-cita saya menjadi seorang penulis yang bisa menyelesaikan tulisan-tulisan saya, dan menjadi pengusaa kue meneruskan keahlian ummi saya. Saya menyukai segala bentuk hewan, terkcuali kecoa, ular dan kodok. hal yang sangat tidak saya suka ketika seseorang dengan sengaja membuat saya 'penasaran' dan juga menunggu, menunggu hal yang paling membosankan. Sifat buruk saya adalah tidak bisa mengendalikan emosi, saya sangat egois.